Sesungguhnya
kaum muslimin termasuk kita sangat membutuhkan nasihat ini. Kita
saksikan hari-hari berlalu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, tetapi
simpanan kebaikan kita tidak bertambah banyak. Kita masih banyak
menyia-nyiakan hidup kita untuk untuk bermain dan melakukan perbuatan
sia-sia. Orang-orang banyak melewati waktu yang sangat berharga hanya
untuk menikmati musik, lagu, TV, berbagai permainan, serta kesenangan
lainnya, sekedar mengikuti nafsu syahwat.
Dengarlah dan perhatikanlah firman Allah berikut ini :
وَأَنفِقُواْ
مِن مّا رَزَقْنَاكُمْ مّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ
فَيَقُولُ رَبّ لَوْلآ أَخّرْتَنِيَ إِلَىَ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصّدّقَ
وَأَكُن مّنَ الصّالِحِينَ * وَلَن يُؤَخّرَ اللّهُ نَفْساً إِذَا جَآءَ
أَجَلُهَآ وَاللّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia
berkata,”Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)-ku
sebentar saja, sehingga aku dapat bersedekah dan aku menjadi orang-orang
shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan [QS. Al-Munafiquun : 10-11].
1. Memanfaatkan hidup sebelum datang kematian
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam memberi nasihat kepada seseorang supaya
memanfaatkan hari-hari selama hidupnya sebelum matinya. Hidup merupakan
nikmat yang besar. Hari-hari dalam kehidupan merupakan kenikmatan.
Karenanya setiap kali bangun dari tidurnya, Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam mengucapkan :
الحَمْـدُ لِلّهِ الّذِيْ أََحْـيَانَا بَعْـدَ مَا أََمَاتَـنَا وَإِلَيْهِ النُّـشُوْر
”Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya kepada-Nya tempat kembali” [HR. Bukhari].
Hal
itu disebabkan oleh karena pada hari itu seseorang berkesempatan
bertaubat dan memperbanyak perbuatan baiknya. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
خيركم من طال عمره وحسن عمله
”Sebaik-baik kalian adalah orang yang panjang usianya dan bagus amalnya” [HR. At-Tirmidzi].
Orang
yang berusia panjang disertai dengan amal shalih, dia akan mencapai
derajat yang tinggi serta kenikmatan yang abadi. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam membedakan dua orang shahabat (yang beliau
persaudarakan). Shahabat pertama meninggal dunia, tujuh hari kemudian
disusul oleh shahabat yang kedua. Diriwayatkan dari ‘Ubaidillah bin
Khalid As-Sulami :
أخى
رسول الله صلى الله عليه وسلم بين رجلين فقتل أحدهما ومات الأخر بعده
بجمعة أو نحوها فصلينا عليه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما قلتم
فقلنا دعونا له و قلنا اللهم اغفرله وألحقه بصاحبه فقال رسول الله صلى الله
عليه وسلم فأين صلاته بعد صلاته وصومه بعد صومه إن بينهما كما بين السماء
والأرض
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam mempersaudarakan dua orang laki-laki.
Lalu salah seorang di antara keduanya meninggal, kemudian yang satunya
meninggal juga sepekan setelah itu. Kami menshalatinya, lalu Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Apa yang kalian ucapkan?”.
Mereka menjawab : “Kami berdoa untuknya, kami katakan,”Ya Allah,
ampunilah dia dan pertemukanlah dia dengan saudaranya”. Maka Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dimana (pahala) shalat
orang ini setelah shalatnya (orang yang meninggal lebih dahulu)? Dimana
(pahala) puasa orang ini setelah puasanya (orang ini)? Jarak antara
kedua shahabat ini seperti jarak langit dan bumi” [HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i].
Perhatikanlah
wahai saudaraku – semoga Allah merahmati kita – bagaimana seorang yang
mati di atas ranjangnya bisa melebihi saudaranya yang mati syahid,
derajatnya melampaui derajat saudaranya hanya karena waktu satu pekan
yang Allah karuniakan kepadanya (lalu waktu itu dimanfaatkan untuk
beramal shalih). Bagaimana kalau dia hidup satu tahun lagi atau lebih ?
Marilah kita manfaatkan hidup kita, wahai saudara-saudaraku!
Hendaknya kita sadar, bahwa kematian itu datangnya tiba-tiba.
Kematian
itu tidak mengenal usia tertentu, dia tidak mengenal waktu-waktu
tertentu dan juga penyakit-penyakit tertentu. Hal ini bertujuan supaya
manusia mewaspadainya, menyiapkan diri untuk menemui kematian.
Wahai
hamba-hamba Allah, janganlah kalian menjadikan agama sebagai mainan!!
Janganlah kalian tertipu oleh kehidupan dunia!! Janganlah tipuan-tipuan
itu membuatmu tertipu dari Allah.
إِنّ
اللّهَ عِندَهُ عِلْمُ السّاعَةِ وَيُنَزّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي
الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مّاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي
نَفْسٌ بِأَيّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنّ اللّهَ عَلَيمٌ خَبِيرٌ
”Sesungguhnya
Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan
Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam
rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan
dikerjakan besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mendalam Pengetahuan-Nya” [QS. Luqman : 34].
Allah
sudah memberitahukan kepada kita bahwa orang-orang yang sudah mati
meminta supaya mereka dikembalikan di dunia ketika mereka tahu betapa
berharganya hidup. Allah berfirman :
حَتّىَ
إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبّ ارْجِعُونِ * لَعَلّيَ
أَعْمَلُ صَالِحاً فِيمَا تَرَكْتُ كَلاّ إِنّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا
وَمِن وَرَآئِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىَ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
(Demikianlah
keadaan orang-orang itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang
dari mereka, dia berkata,”Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar
aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan”.
Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan
saja. Dan dihadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan [QS. Al-Mukminuun : 99-100].
Qatadah
rahimahullah berkata,”Demi Allah, dia tidak meminta dikembalikan agar
bisa berkumpul dengan keluarganya, tidak pula supaya bisa mengumpulkan
harta atau memenuhi nafsu syahwatnya. Akan tetapi dia meminta hidup
kembali supaya bisa berbuat taat” [Tafsir Ibnu Katsir 3/225].
Allah berfirman :
يَأَيّهَا
الّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَن
ذِكْرِ اللّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَـَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.
وَأَنفِقُواْ مِن مّا رَزَقْنَاكُمْ مّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ
الْمَوْتُ فَيَقُولُ رَبّ لَوْلآ أَخّرْتَنِيَ إِلَىَ أَجَلٍ قَرِيبٍ
فَأَصّدّقَ وَأَكُن مّنَ الصّالِحِينَ
”Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagaian
dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada
salah seorang di antara kami; lalu ia berkata : “Ya Rabbku, mengapa
Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sebentar saja, yang menyebabkan
aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih” [QS. Al-Munafiquun : 9-10].
Semua
orang yang melanggar syari’at akan menyesal ketika sakaratul-maut.
Mereka meminta ditangguhkan walaupun hanya sesaat untuk mendapatkan
kembali apa yang mereka tinggalkan. Satu hal yang mustahil !! Semua yang
terjadi telah berlalu, tidak akan kembali !
Allah berfirman :
وَأَنذِرِ
النّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الّذِينَ ظَلَمُوَاْ
رَبّنَآ أَخّرْنَآ إِلَىَ أَجَلٍ قَرِيبٍ نّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتّبِعِ
الرّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوَاْ أَقْسَمْتُمْ مّن قَبْلُ مَا لَكُمْ مّن
زَوَالٍ. وَسَكَنتُمْ فِي مَسَـَكِنِ الّذِينَ ظَلَمُوَاْ أَنفُسَهُمْ
وَتَبَيّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الأمْثَالَ
Dan
berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu
itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dhalim
: “Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikan kami ke dunia)
walaupun dalam waktu yang singkat, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu
dan akan mengikuti rasul-rasul”. (Kepada mereka dikatakan) : “Bukankah
dahulu (di dunia) kamu telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan
binasa, dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang
yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana
Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu
beberapa perumpamaan” [QS. Ibrahim : 44-45].
2. Memanfaatkan kesehatan
3. Memanfaatkan waktu luang
Kesehatan
adalah mahkotanya orang sehat. Kesehatan tidak terlihat nilainya
kecuali oleh orang yang sakit. Demikian juga waktu luang adalah nilai
yang sangat tinggi yang tidak disadari kecuali oleh orang yang sibuk.
Diriwayatkan
oleh Al-’Allamah Syam yang bernama Jamaluddin Al-Qasimi rahimahullah.
Beliau jalan kaki bersama teman-temannya kemudian beliau melewati warung
kopi. Beliau lihat di warung itu banyak orang yang sedang bermain.
Beliau diam sejenak, lalu beliau ditanya tentang diamnya itu, kemudian
beliau berkata,”Kalau seandainya mereka menjual waktu mereka kepadaku,
aku pasti akan membelinya”.
Wahai
hamba-hamba Allah, marilah kita manfaatkan kesehatan kita! Kita
manfaatkan untuk puasa, shalat malam, berjihad, beribadah ke masjid,
menuntut ilmu, dan lainnya. Marilah kita manfaatkan sebelum diuji dengan
sakit. Ketika itu kita berharap untuk bisa puasa tapi tidak mampu.
Berharap bisa shalat sambil berdiri, tapi tidak bisa berdiri. Berharap
bisa berangkat menuju masjid, tapi kedua kaki tidak kuat untuk menyangga
badan. Maka kita akan menyesali hari-hari ketika kita masih mampu
melakukan semua ibadah, tapi tidak memanfaatkannya!
Hendaknya
kita isi waktu-waktu luang kita dengan amalan-amalan shalih yang
berguna bagi kita sendiri. Sebab di saat sibuk kita akan berharap bisa
mempunyai waktu luang untuk membaca buku dan menghadiri pengajian, tapi
tidak mendapatkan waktu itu. Kita pun akan menyesali waktu-waktu yang
telah tersia-siakan.
Ketahuilah
wahai hamba-hamba Allah, jika kita sudah memanfaatkan waktu sehat dan
waktu luang untuk taat kepada Allah, lalu kita sakit atau melakukan
perjalanan jauh, maka akan dituliskan buat kita pahala seperti pahala
amalan yang dilakukan ketika sehat dan luang. Sebagaimana telah
dijelaskan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya :
إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا
”Apabila
seorang hamba sakit atau dalam perjalanan, maka dituliskan baginya
pahala seperti apa yang ia lakukan ketika ia sehat dan tidak melakukan
perjalanan” [HR. Bukhari].
Akan tetapi kebanyakan manusia melalaikan hal itu. Oleh karenanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
نعمتان مغبون فـيهما كثير من الناس : الصحة والفراغ
”Ada dua nikmat dimana banyak orang yang rugi (atas kedua nikmat itu), yaitu nikmat sehat dan waktu luang” [HR. Bukhari].
Kata Maghbuun (مغبون)
dalam hadits di atas pada dasarnya terjadi pada jual beli. Dengan ini
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam ingin menjelaskan bahwa orang rugi
secara hakiki adalah orang sehat dan memiliki waktu luang lalu tidak
bisa memanfaatkan keduanya. Ibaratnya orang memiliki permata yang sangat
mahal lalu ditukar dengan kotoran hewan yang tidak berharga.
Ibnu
Baththal rahimahullah berkata,”Maksud hadits ini adalah seseorang tidak
akan memiliki waktu senggang sampai ia berkecukupan secara ekonomi
serta berbadan sehat. Barangsiapa yang memperoleh hal tersebut
(berkecukupan dan berbadan sehat) maka hendaklah ia bertekad agar tidak
rugi dengan cara mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepadanya. Di
antara syukur kepada-Nya adalah dengan mentaati perintah-perintah Allah
dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Barangsiapa meremehkan hal ini,
dialah orang yang rugi”.
Ibnul-Jauzi
rahimahullah berkata,”Terkadang ada orang yang memiliki badan sehat
namun tidak memiliki waktu luang disebabkan oleh pekerjaannya. Terkadang
juga ada orang yang kaya tetapi dia sakit. Jika ada orang yang memiliki
kedua hal tersebut, lalu dia malas untuk berbuat taat, maka dialah
orang yang rugi”.
Untuk
lebih jelasnya, dunia ini adalah ladang, di sana ada perniagaan yang
keberuntungannya akan nampak di akhirat. Barangsiapa menggunakan waktu
luang dan waktu sehatnya untuk berbuat taat kepada Allah, maka dia
adalah orang yang berbahagia. Barangsiapa yang menggunakannya untuk
berbuat maksiat maka dialah orang yang rugi. Karena waktu luang akan
diikuti oleh kesibukan dan sehat akan diiringi oleh sakit.
Ath-Thiibi
rahimahullah mengatakan,”Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membuat
permisalan bagi mukallaf (orang yang telah dibebani beban syari’at)
dengan seorang pedagang yang punya modal. Pedagang ingin mencari untung
dengan tetap menjaga keutuhan modalnya. Caranya adalah dengan memilih
orang untuk dimodali dan dia harus jujur dan benar supaya tidak rugi.
Kesehatan dan waktu luang adalah modal. Maka semestinya seorang hamba
mengisinya dengan keimanan dan memerangi hawa nafsu dan setan, supaya
meraih keuntungan di dunia dan akhirat. Janganlah dia mentaati hawa
nafsu dan setan agar modal dan keuntungannya tidak hilang sia-sia.
Kehilangan modal dan keuntungan adalah kerugian yang besar”.
Hadits
ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya di awal bab
Ar-Riqaaq, kemudian diiringi dengan hadits Anas dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam, beliau bersabda :
اللهم لا عيش إلا عيش الأخرة
”Ya Allah, tidak ada kehidupan (hakiki) kecuali kehidupan akhirat” [HR. Bukhari dan Muslim].
Ibnul-Munayyir
rahimahullah berkata,”Hubungan maksud hadits yang diriwayatkan Anas
radliyallaahu ‘anhu dengan hadits Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma
adalah banyak orang tertipu dengan kesehatan dan waktu luang, karena
mereka lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat.
Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ingin menunjukkan bahwa
kehidupan yang mereka geluti tidak ada artinya sedikitpun, sedangkan
kehidupan yang mereka tinggalkan, itulah kehidupan yang sebenarnya.
Barangsiapa yang tidak mendapatkannya maka dialah orang yang rugi”.
Oleh
karena itu As-Salafush-Shalih lebih tamak terhadap waktu dibandingkan
kita. Di antara kita ada yang tidak tahu bagaimana memanfaatkan
waktunya, bagaimana mengisi waktu luangnya? Kita terkadang mendengar dua
orang yang berkata kepada temannya : “Ayo kita habiskan waktu, atau
menghilangkan waktu”. Sementara pada salaf sangat tamak pada menit,
bahkan detik waktu. Kita lihat mereka saling menasihatkan hal itu.
Inilah
dia Ibnul-Jauzi rahimahullah yang berkata kepada putranya,”Wahai
anakku, barangsiapa yang mengucapkan subhaanallaahi wabihamdihi maka
ditanamkan untuknya satu pohon kurma di surga. Perhatikanlah,
orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya, alangkah banyaknya pohon kurma
yang disia-siakan”.
Diriwayatkan
dari sebagian Salaf, jika dikatakan kepadanya : “Berhentilah, saya
ingin berbicara dengan Anda”; maka dia menjawab : “Tahanlah (jalannya)
matahari”.
Sebagian
ulama salaf jika mereka didatangi tamu, maka dia akan memuliakan
tamunya itu dan menjamunya dengan sebaik-baiknya. Jika para tamunya itu
berlama-lama di sana, maka dia akan mengatakan : “Tidakkah kalian segera
pulang?”.
4. Memanfaatkan masa muda
Masa
muda adalah masa untuk berkarya dan masa berjihad. Masa muda merupakan
masa yang sangat berharga seumur hidup. Barangsiapa yang memanfaatkan
untuk dirinya, dia akan beruntung dan selamat. Dia juga akan berada di
bawah naungan Allah ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
Barangsiapa
menyia-nyiakan masa muda dalam hawa nafsu dan berfoya-foya, maka dia
rugi. Jika dia mati mendadak, niscaya dia akan sangat menyesal. Dan jika
dia hidup sampai tua, dia juga akan menyesal. Karena jika ia mati,
amalnya terputus dan jika ia sudah tua, badannya bungkuk, kakinya lemah,
pendengaran dan penglihatannya berkurang, dan dia tidak mampu beramal
shalih sebagaimana yang diinginkan.
Benarlah perkataan orang :
ألا ليت الشباب يعود يوما
فأخبره بما فعل المشيب
Seandainya masa muda itu kembali sehari saja..........
Saya akan beritahukan penyesalan orang yang sudah tua..........
Wahai
para pemuda, manfaatkanlah siangmu untuk puasa, malammu untuk shalat,
langkahmu untuk pergi ke masjid. Janganlah engkau jadikan waktu siangmu
untuk bermain.
Jangan jadikan bergadangmu untuk sesuatu yang tidak berharga.
Dan jangan jadikan langkahmu untuk mendurhakai Allah.
Jika
engkau berada di waktu pagi maka janganlah engkau menunggu sore. Jika
engkau berada di waktu sore, janganlah menunda sampai hari esok. Gunakan
waktu sehatmu untuk mencari bekal di waktu sakit, dan hidupmu untuk
mencari bekal di waktu sesudah mati.
5. Memanfaatkan kekayaan
Kekayaan
termasuk nikmat Allah. Orang yang diberi kekayaan wajib menyadari
karunia Allah kepadanya dan wajib menyadari rahasia karunia ini. Nabi
Sulaiman ‘alaihis-salam telah menjelaskan rahasia nikmat kekayaan dalam
ucapan beliau sesudah melihat singgasana Bilqis berada di hadapan
beliau. Beliau berkata :
هَـَذَا مِن فَضْلِ رَبّي لِيَبْلُوَنِيَ أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ
”Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur ataukah kufur?” [QS. An-Naml : 40].
Oleh
karena itu seorang hamba wajib memanfaatkan masa kayanya, menginfakkan
sebagian harta yang Allah berikan. Hendaklah dia betul-betul menghindari
sifat bakhil dan sifat menahan karunia Allah. Allah telah berfirman :
وَلاَ
يَحْسَبَنّ الّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآ آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ
خَيْراً لّهُمْ بَلْ هُوَ شَرّ لّهُمْ سَيُطَوّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَللّهِ مِيرَاثُ السّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاللّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
”Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.
Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” [QS. Aali Imran : 180].
Dan
masih banyak lagi ayat dan hadits yang mengancam orang-orang yang
bakhil. Kiranya satu ayat di atas sudah cukup untuk mendorong kita untuk
memanfaatkan harta yang Allah amanahkan kepada kita.
Inilah
di antara nasihat-nasihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
kepada ummatnya. Nasihat yang sangat berharga. Barangsiapa yang ingin
selamat serta beruntung dalam kehidupan dunia dan akhirat, maka
hendaklah ia mendengarkan dan berusaha melaksanakan nasihat beliau
shallallaahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan orang yang enggan untuk
mengikuti nasihat beliau, maka itulah orang-orang yang sesat dan merugi.
Mudah-mudahan
Allah senantiasa membantu kita dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya
melalui tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam.
Sumber : http://awallid.blogspot.com/2012/05/ingat-lima-perkara-sebelum-lima-perkara.html