VIVAnews - Pose itu seksi. Wajah sedikit mendongak,
sorot matanya tajam. Menatap ke arah depan. Rambut hitam yang
sebagiannya dicat pirang tergerai liar. Tubuh berdiri tegap dengan dua
tangannya menggenggam rambut. Berbalut
two piece.
Potret
gadis berusia 25 tahun itu dimuat sebuah majalah dewasa dan beredar
luas di dunia maya. Tapi hidup memang selalu menyediakan tikungan untuk
berganti arah. Dan Destiara Talitha, nama si wanita cantik itu, kini
berusaha mencari arah baru.
Berpekan belakangan, namanya ramai
dikabarkan bukan karena soal pose itu, tapi soal renancanya melaju ke
Senayan. Mahasiswi sebuah universitas swasta di Jakarta ini maju sebagai
calon anggota legislatif di Pemilihan Umum 2014.
Nama aslinya
Detiya Purna Panca. Nama Destiara Talitha disandangnya setelah menjadi
model sebuah majalah. Anak pertama dari tiga bersaudara ini tinggal di
Bekasi. ”Bapak asli Ternate, ibu asli Betawi,” kata Tata kepada
VIVAnews saat ditemui di di Mal Bellagio, Megakuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 4 Februari 2014.
Saat
ini Tata duduk di Fakultas Hukum sebuah universitas swasta di Jakarta
demi meraih cita-citanya menjadi pengacara. Tata menamatkan pendidikan
menengah di Bekasi pada 2006. Setelah itu dia bekerja sebagai admin di
sebuah perusahaan
laundry.
”Hidup saya sangat sederhana
sekali, dan keluarga saya sempat mengalami ekonomi yang sangat
terpuruk. Saya merasakan bagaimana susah hidup itu,” ujarnya.
Sejak
2011, Tata berhasil menjadi model. Setelah itu, dia rajin mengikuti
sejumlah ajang yang diadakan sebuah majalah. Dia berhasil memenangi
beberapa perlombaan.
Tata, sapaan akrab Destiara, terdaftar
sebagai caleg Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) di daerah
pemilihan Jawa Barat VIII. Dapil ini meliputi Kabupaten Cirebon, Kota
Cirebon, dan Indramayu. “Itu dipilihkan partai,” kata dia.
Meski
bertarung di daerah pemilihan itu, Tata mengaku sama sekali belum pernah
ke Cirebon dan Indramayu. Baru setelah menjadi Caleg, dia menyambangi
daerah itu demi mendulang sokongan.
”Sejak masuk Daftar Calon Tetap (DCT), hampir sebulan dua kali ke Cirebon,” kata dara tiga bersaudara itu.
Di
sana dia akan bertarung dengan sejumlah tokoh berpengalaman. Politisi
kawakan yang maju di daerah pemilihan ini antara lain Mahfudz Siddiq
dari Partai Keadilan Sejahtera, Yuddy Chrisnandi dari Partai Hanura, dan
Herman Khaeron dari Partai Demokrat.
Bagaimana strategi meraih kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat?
Tata
mengandalkan dukungan tim sukses dan memasang strategi tandem dengan
caleg lain satu partai dalam melakukan kampanye. Dia menyadari
kelemahannya. Tidak memiliki jaringan langsung di daerah pemilihan.
Kekurangan itu bisa dibantu dengan cara bekerja sama dengan caleg yang
sudah memiliki konstituen.
”Saya bekerjasama dengan caleg-caleg
di sana untuk program sosial. Mereka punya konstituen, jadi saya tandem
dengan mereka,” katanya.
Menjenguk warga dari pintu ke pintu,
katanya, lebih efektif dalam meraih simpati. Selain itu, seperti para
Caleg lain, dia juga memasang baliho dan melakukan kegiatan sosial.
Tata
menyiapkan Rp50 juta demi membiayai kampanye. Dia berkomitmen tidak
memberi uang langsung kepada calon pemilih. Sebab itu, dia tidak akan
mengeluarkan uang lebih dari jumlah itu. ”Limit saya hanya Rp50 juta,”
ujarnya. Dana itu untuk biaya pembuatan atribut kampanye dan
program-program sosial. Dana sejumlah itu, lanjutnya, adalah murni uang
pribadi.
Uang sejumlah itu dikumpul dari bisnis yang digelutinya.
“Dari jualan tas, penghasilan sebagai model juga. Saya jualan tas
bermerek yang bekas. Konsumen saya kalangan model dan Ibu-ibu sosialita
gitu,” kisahnya.
Soal Foto
Bagi
Destiara, foto seksi yang luas beredar, bukanlah hambatan untuk berubah.
Bukan halangan menjadi wakil rakyat yang terhormat. Justru merasa
diuntungkan lantaran media terus memberitakan dia.
”Untungnya
saya tidak perlu susah-susah kampanye memperkenalkan saya, sudah banyak
orang yang tahu. Walaupun dengan adanya foto itu imej saya negatif,”
katanya. Warga di Dapil, begitu pengakuannya, tidak pernah
mempermasalahkan soal foto itu.
Semula, kisahnya, warga sama
sekali tidak mengenalnya. “Belakangan setelah melihat foto-foto saya
yang seksi-seksi, pemberitaan di media juga, akhirnya masyarakat di
Dapil tahu profesi saya,” ujarnya.
Dia menyakini bahwa masyarakat
yang cerdas tidak akan menilainya dari latar belakangnya, tapi dari
niat untuk berubah dan hatinya yang tulus. Dia menyebutkan bahwa justru
setelah beredarnya foto seksinya, yang sebagian sudah diolah orang tak
bertanggungjawab dengan tambahan kalimat beragam di dunia maya itu,
dukungan masyarakat di daerah pemilihan terus mengalir.
”Bahkan
ada yang bilang, jangan hanya karena peredaran foto-foto seksi itu mbak
jadi mundur. Ada caleg di sana, aktivis, dan anggota organisasi
pedagang kali lima di Cirebon yang bilang begitu kepada saya.” Banyak
sekali yang menelepon memberi dukungan.
Dia tak ambil pusing
dengan banyaknya foto seksi yang beredar itu. ”Saya tidak terlalu ambil
pusing. Karena memang itu adalah foto saya. Itu foto di majalah yang
memang seharusnya beredar. Cuma yang saya tidak suka, ada yang ngedit
dengan tulisan-tulisan yang tidak pantas dan disandingkan dengan foto
itu,” ujarnya.
Terhadap mereka yang sinis,dia juga tidak
mempersoalkannya. Orang yang mau berubah jadi lebih baik, lanjutnya,
pasti ada pro dan kontranya. Dan untuk mereka yang kontra ini tidak
usah ditanggapi. “Diambil sisi positifnya saja. Dengan adanya foto-foto
saya yang beredar ini, orang-orang jadi membicarakan saya.”
Talitha
juga tidak cemas bahwa profesinya sebagai model majalah dewasa akan
dijadikan amunisi oleh lawan politik untuk menjatuhkannya. ”Dunia
politik itu sangat kejam. Biarkan saja. Saya akan tampil apa adanya.
Nggak ada yang perlu dibohongin, saya jujur saja apa adanya.”
Mengapa Melaju ke Senayan
Destiara mengaku sudah lama ingin masuk politik. Dia mengaku rajin mengikuti
dinamika politik tanah air lewat media massa. Meski tertarik, dia sama
sekali tidak pernah terlibat dalam politik, sampai kemudian PKPI
menawarinya sebagai caleg, lantaran memerlukan caleg perempuan.
Beruntung,
katanya, keluarga mendukung penuh. Sang ayah membantu. Kebetulan
ayahnya pernah menjadi Caleg dari PAN tahun 1999. Sang ayah banyak
memberi arahan untuk strategi kampanye.
Apa yang diperjuangkan
sebagai caleg? ”Saya kan masih muda, saya ingin punya hal positif yang
diberikan kepada negara dan masyarakat. Juga untuk mengubah imej saya
yang dinilai orang negatif sebagai model,” katanya. (eh)