PALEMBANG - Sekitar lima hari lalu, seorang
mahasiswi bernama Beta (25), membeli produk Biore (Refill Sabun Cair) di
sebuah minimarket waralaba di sekitar Perumahan Pemda (Perumda), Jl Kol
Sulaiman Amin, Km 7 Palembang.
Pada produk tersebut tertera label harga Rp 17.500. Namun saat
membayar di kasir, di struk belanja tertulis Rp 22.000. Beta juga
membeli produk Nivea (pembersih muka), juga ada selisih harga Rp 4.000.
"Waktu
saya tanya ke kasirnya, katanya label di rak kemungkinan belum diganti.
Padahal harganya sudah naik. Saya merasa tertipu dengan label itu,"
kata Beta bercerita kepada Sripo, Kamis (20/2/2014).
Pengalaman
yang sama dialami Ny Mala, guru SMP yang tinggal di Km 7 Palembang.
Belum lama ini dia belanja sejumlah barang rumah tangga di minimarket
waralaba lainnya yang tidak jauh dari rumahnya. Tapi setelah dicek di
rumah, harga pada struk belanja
jauh lebih mahal dari harga yang tertera pada label produk.
"Saya tidak mau lagi beli di mini market, mending di warung saja, harganya pasti dan bahkan lebih murah," ujarnya.
Sejumlah warga lainnya mengaku menemui kejanggalan saat berbelanja di beberapa minimarket waralaba nasional. Dari cerita
mereka, banyak kecurangan yang dilakukan, meski belum bisa dipastikan apakah sengaja atau hanya bentuk kealpaan semata.
Bahkan,
selain perbedaan harga pada label, produk yang dijual ada pula semacam
potongan uang meski jumlahnya hanya sekitar Rp 75-Rp 100.
Ali
(36), warga Perumnas juga pernah menemukan harga roti daging Rp 8.000
ditaruh di dalam baki yang sama dengan roti seharga Rp 6.000.
"Merek barang sama, di tempat dengan label harga yang sama, tapi berbeda harganya. Sering terjadi seperti itu. Semua diketahui
ketika karyawan kasir menyebutkan jumlah belanja yang berbeda dari hitungan kita," katanya, Kamis (20/2).
Kejanggalan lain ternyata juga terjadi di supermarket di sebuah mal. Modusnya adalah snack yang lebih mahal diletakkan berjejer
ke samping, kemudian ke rak sebelah menjadi satu dengan snack lain yang serupa tapi lebih murah. Mata yang tidak teliti akan
melihat snack tersebut dan matanya langsung mencari label harga yang lebih murah.
Ika
(22) juga mengalami kejadian yang sama. Dia mengatakan, celah
kecurangan terjadi bila daftar belanja seseorang terlampau banyak dengan
item mencapai belasan hingga puluhan. Sering ia dapati dua atau tiga
barang yang tak dibeli berada dalam struk belanja.
"Setelah diamati baru ketahuan. Tapi pas di kasir, kita kan mau cepat saja. Lagi pula banyak yang antre. Nah kalau sudah di
rumah, kita mau komplain bagaimana lagi," sebutnya.
Barang yang berbeda harga di rak dengan kasir hanya untuk item tertentu, seperti kosmetik, makanan dan minuman, atau barang-
barang yang nilainya ribuan atau belasan ribu. "Lumayan kan kalau dalam sebulan ada sekian banyak orang yang
salah dan tidak komplain. Hingga saat ini selalu kejadian beda harganya itu tidak lebih murah, selalu lebih mahal," sebutnya.
Menanggapi hal itu, Operation Community Relations Manager dari Alfamart, Arif L Nursandi menjelaskan, perubahan harga dapat
terjadi
sewaktu-waktu. Dia menjelaskan, ada beberapa barang yang kerap terlewat
oleh karyawan toko sehingga harga belum berganti.
"Ada 4.000 lebih item di dalam toko. Jadi, jika ada harga yang belum berubah di price tag, kemungkinan hal itu terlewat dan
tidak disengaja. Tapi yang akan jadi acuan adalah harga yang ada di komputer kasir," katanya.
Andy,
sapaan akrabnya menegaskan, jika pelanggan menemukan perbedaan harga di
rak dan kasir, pihaknya memastikan konsumen akan membayarnya dengan
harga terendah.
"Konsumen berhak membayar harga terendah, baik itu di price tag dan komputer kasir. Itu sudah jadi SOP Alfamart bila pelanggan.
Konsumen Minimarket Merasa Tertipu Struk tak Sesuai Label Harga,
komplain di toko," ujarnya.
sumber : http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/02/23/konsumen-minimarket-merasa-tertipu-struk-tak-sesuai-label-harga